Cast : Yamashita Ayako - Park Yoochun.
author : Astrid a.k.a achiid
***
Hari mulai gelap. Kami bingung menentukan tempat mana yang akan kami datangi lagi.
"Ah Ayako-chan. Ada satu tempat yang ingin aku kunjungi saat malam hari."
"Hah? Tempat apa itu?"
"Tokyo tower. Katanya saat malam hari, dari sana kita bisa melihat kota tokyo dengan lampu-lampu yang sangat indah."
"Hmm baiklah. Kalau begitu kita kesana saja. Dekat kok dari sini."
Kami
pun pergi menuju Tokyo tower. Kami naik ke atas menggunakan lift.
Beberapa menit kemudian kami sampai di puncak Tokyo Tower. Dari sini
kota Tokyo terlihat sangat indah dengan lampu-lampu berwarna-warni yang
menghiasi kota itu.
"Wuaaaah. Ternyata benar-benar indah." seru Yoochun memandang kagum.
"Pastinya. Pemerintah Jepang membangun semua ini dengan kerja keras mereka."
"Aku tahu itu. Kalau tidak, mana mungkin bisa seperti ini. Ya kan?"
"Iya." jawabku singkat.
Yoochun
memandang keseluruh penjuru kota Tokyo dari atas Tokyo Tower ini. Dia
kelihatan benar-benar takjub dengan pemandangan yang ada di depan
matanya.
Ah... Aku memandanginya lagi. Dia benar-benar sangat tampan. Dia juga sangat baik. Tipe pria romantis. Kurasa aku menyukainya.
"Hayoo. Kau memandangiku lagi kan?" seru Yoochun membuatku kaget lagi.
"Ah kau. Ge-er mu itu kumat lagi ya? Aku tidak memandangimu tahu. Weee." jawabku sambil menjulurkan lidah.
"Huh payah. Tetap saja tak mau jujur." ucap Yoochun cemberut.
Aku hanya tersenyum melihat kelakuan Yoochun itu.
"Sudah yuk turun. Sudah malam, aku harus pulang." ucapku.
"Ah ya.. Sudah malam. Fhuuuh. Tak terasa ya kita sudah jalan seharian."
Kami pun turun dari puncak Tokyo Tower. Tidak langsung pulang, kami duduk dibangku taman dan mengobrol sebentar lagi.
"Ayako-chan...
Terimakasih untuk seharian ini. Aku benar-benar sangat senang bisa
bertemu denganmu, mengenalmu dan berjalan seharian denganmu. Terimakasih
karena sudah mau menemaniku. Arigatou gozaimasu." ucap Yoochun.
"Sama-sama. Aku juga senang." ucapku tersenyum pada Yoochun.
Yoochun ikut tersenyum tapi setelah itu dia memasang tampang serius. "Ada yang mau aku katakan padamu."
"Apa?" tanyaku.
"Eummm.
Aku... Kau... Sejak pertama aku melihatmu distasiun tadi, aku yakin
benar kalau kau gadis yang baik. Makanya aku mengikutimu. Kau
benar-benar menarik perhatianku Ayako."
"Hah? Apa? Aku tak mengerti."
"Suki... Aku... Aku menyukaimu Ayako-chan." ucap Yoochun pelan-pelan.
"A... Apa? Apa maksudmu?"
"Aku me-nyu-ka-i-mu." ucap Yoochun lagi dengan menekankan setiap suku kata pada ucapannya.
"Kenapa?" tanyaku bingung dan agak kaget.
"Entah... Tapi kau tak perlu menjawabnya sekarang. Aku ingin kau tau suatu hal, tapi tak sekarang."
"Apa maksudmu?"
"Nanti
kau akan tahu sendiri. Minggu depan, dihari yang sama seperti sekarang,
pukul 7 malam, aku akan menunggu jawabanmu dipuncak Tokyo Tower itu.
Aku akan menunggu sampai kau datang."
***
Dikelas, pagi hari...
Seminggu
setelah pertemuanku dengan Yoochun. Aku terus memikirkan apa maksud
Yoochun waktu itu. Dia bilang, malam ini dia menungguku di puncak Tokyo
Tower setelah aku tahu suatu hal. Tapi hal apa itu? Sampai sekarang aku
belum mengetahuinya.
"Hey Ayako! Melamun saja kau ini." tegur Keiko yang baru datang. Dia pun duduk dibangku sampingku.
"Kau ini mengagetkanku saja. Tumben kau baru datang Keiko-chan?" tanyaku.
"Iya nih. Tadi aku mampir ke toko buku dulu membeli majalah. Karena kalau aku beli nanti siang pasti aku kehabisan."
Aku mengernyitkan dahiku lagi. Ada-ada saja si Keiko. "Majalah apa sih? Segitunya."
Keiko mengeluarkan sebuah majalah dari dalam tasnya. Dia menunjukkan padaku majalah yang dia beli.
Dan apa yang aku lihat pada cover majalah itu...?
Aku menutup mulutku dengan tangan, tak percaya. "I... Ini... Ini... Yoochun?" ucapku gagap sambil menunjuk gambar Yoochun-san.
"Wah. Kau tahu Yoochun, Ayako? Tumben sekali. Ternyata diam-diam kau mengidolakannya juga ya?"
Aku
menggeleng tak percaya. Jadi Yoochun... Dia adalah... Salah satu member
Tohoshinki? Tohoshinki yang saat ini menjadi idola masyarakat Jepang?
Tohoshinki idolanya Keiko-chan dan teman-teman yang lain?
Jadi
inikah hal yang Yoochun ingin aku tahu? Pantas saja saat aku pergi
dengannya, semua orang terus memperhatikan kami. Kenapa aku tidak
menyadarinya? Kepalaku tiba-tiba sakit.
***
Pukul 8 malam...
Ini
sudah lewat 1 jam dari waktu yang aku janjikan untuk bertemu Yoochun.
Tapi aku malah masih dirumah. Memandang langit, yang malam ini penuh
dengan bintang.
"Yoochun-chan... Kau masih disanakah? Atau kau sudah pergi? Atau malah kau tak datang. Aku bingung harus bagaimana."
Aku membolak-balik halaman majalah yang sama seperti punya Keiko yang baru aku beli tadi sore.
"Kau
benar-benar sangat tampan Yoochun-chan. Tapi... dengan melihatmu yang
seperti ini, aku jadi sadar, kalau kita berbeda. Sangat berbeda."
Aku
terus membolak-balik halaman majalah yang penuh membahas soal
Tohoshinki. Sampai mataku melihat suatu kolom yang berisi tanya jawab
seputar gadis idaman member.
Aku langsung melihat ke jawaban Yoochun-chan. Disana tertulis :
Q: Bagaimana tipe wanita idamanmu?
A: Gadis polos dengan rambut hitam panjang.
........
Q: Apa yang membuatmu jatuh cinta pada seorang gadis?
A: Keluguannya. Senyumannya.
Q: Apa kau sudah menemukan gadis itu?
A: Sepertinya sudah. Belakangan ini kami berjanji untuk bertemu disuatu tempat. ^^
Q: Apa dia gadis Jepang atau Korea?
A: Rahasia. (tertawa)
........
Q: Suatu hal yang ingin kau sampaikan?
A:
Untuk orang yang kumaksud, aku akan menunggu sampai kau datang. Untuk
semua penggemar Tohoshinki, tetap dukung kami ya! Arigatou.
Aku
terkejut membaca kolom itu. Benarkah Yoochun akan menungguku? Aku
melirik jam dinding dikamarku. Sudah jam setengah 9 malam. Aku bangkit,
bersiap sejadinya kemudian aku berlari ke halte bis. Aku menunggu bis
datang untuk menuju Tokyo Tower.
"Yoochun-chan... Semoga kau masih disana."
***
Aku
berlari kedalam lift yang akan menuju puncak Tokyo Tower. Sekarang
sudah pukul setengah 10 malam. Aku sangat berharap Yoochun masih ada
disana.
Ting. Pintu lift terbuka dan aku sudah sampai dipuncak
Tokyo Tower. Aku mencari-cari Yoochun-chan ditengah kerumunan orang.
Tokyo Tower mulai sepi, tapi aku tak juga menemukannya. Aku hampir putus
asa. Air mataku mulai berjatuhan pelan-pelan.
"Yoochun... Apa kau sudah pergi?" ucapku lirih.
"Akhirnya
kau datang juga Ayako-chan. Kukira kau tak akan datang." Yoochun muncul
dari arah belakangku. Senyum itu, aku sangat merindukan senyum itu.
Aku
tak dapat lagi menahan rasa yang berkecamuk dalam hatiku. Aku berlari
menghambur kearah Yoochun-chan. Aku memeluknya erat, sangat erat.
Yoochun pun memelukku dengan erat.
"Aku... Aku kira kau sudah pergi Yoochun-chan."
"Aku kan sudah bilang akan menunggumu sampai kau datang."
"Tapi aku kira kau tak serius. Sampai..." aku menghentikan ucapanku.
Yoochun melepaskan pelukannya dan menatapku erat.
"Sampai apa?" tanyanya lembut.
"Sampai... Sampai aku membaca artikel tentangmu di sebuah majalah." ucapku malu.
"Jadi?"
"Jadi apa?"
"Jadi bagaimana tanggapan dan jawabanmu?" tanya Yoochun langsung.
Aku terdiam beberapa saat. Kemudian aku menatap kedalam mata Yoochun. Aku melihat ketulusan terpancar dari sorot matanya.
"Aku... Aku suka dengan jawabanmu dimajalah itu."
"Hanya suka jawabanku?"
Yoochun-chan sepertinya sengaja membuatku salah tingkah.
"A... Ak... Aku... Menyukaimu." ucapku sangat pelan.
"Apa? Aku tak dengar..."
Aku
menarik napas dalam-dalam kemudian menghembuskannya lagi. Aku
mengumpulkan semua keberanianku untuk jujur kepada Yoochun-chan.
"Aku juga menyukaimu!" akhirnya aku mengatakannya. Aku mengatakan hal itu tanpa berani menatap Yoochun. Aku menunduk malu.
"Hmmm...
Kau siap menerima semua resiko jika bersamaku Ayako? Kau tak apa kalau
kita jarang bertemu? Kau siap menjalani hubungan jarak jauh?"
Yoochun melemparkan banyak pertanyaan padaku, tapi aku hanya menjawabnya dengan sebuah anggukan mantap.
Yoochun langsung menarik tubuhku kedalam pelukannya. Dia memelukku erat dan menciumi keningku.
"Gumawo Ayako-chan."
Lagi-lagi dia berbicara menggunakan bahasa lain. "Apa kau bilang?"
Aku mendengar tawa kecil Yoochun.
"Sepertinya mulai sekarang kau harus belajar bahasa Korea."
"Aaah. Sepertinya memang harus begitu. Aku akan berusaha." ucapku sambil tersenyum.
"Arigatou Ayako. Aku janji akan menjagamu."
"Ya. Aku percaya padamu Park Yoochun."
Malam
yang sangat indah dan langit yang penuh bintang menjadi saksi hubungan
kami ini. Semoga aku dan Yoochun bisa bersama selamanya...
*The End*
wonderachiid's blog
Minggu, 24 Juni 2012
FF/Try My Love/Part1
Cast : Yamashita Ayako - Park Yoochun.
Author : Astrid a.k.a achiid
***
Tokyo, Jepang.
Namaku Yamashita Ayako dan saat ini aku tengah berkuliah di universitas T. Aku mengambil jurusan Seni. Aku suka melukis, jadi aku ingin mengembangkan hobiku disini.
Usai pelajaran, aku dan teman-teman perempuanku berkumpul dipojok kelas duduk membentuk lingkaran.
"Hey kalian tahu tidak? Tohoshinki katanya mau mengadakan konser di Tokyo dome lho." ucap salah satu temanku.
"Ah ya! Aku juga baru melihat dihomepage mereka. Aku tak sabar ingin menontonnya!" ucap yang lain.
Entah kenapa akhir-akhir ini mereka selalu berbicara mengenai Tohoshinki -sebuah kelompok boyband yang berasal dari Korea-. Virus Tohoshinki sedang melanda teman-temanku rupanya.
"Eh Ayako. Kau suka Tohoshinki juga tidak?"
Aku tersenyum kemudian menggeleng. "Aku saja baru tahu ada boyband itu."
"Ah kau ini payah sekali. Kau harus melihat dan mendengar lagu mereka. Aku yakin kau pasti langsung jatuh cinta." Keiko teman dekatku gantian bicara.
"Masa sih? Tapi kalian kan tahu aku kurang tertarik dengan hal-hal seperti itu." jawabku sambil tersenyum kecil.
"Ah Ayako kan memang hanya tertarik dengan lukisan."
Aku tertawa kecil. "Memaaaang. Itu kalian tahu. Eh, aku pulang duluan ya. Aku harus membeli bahan untuk tugas minggu ini. Dah."
Aku pamit kemudian pergi meninggalkan mereka. Aku pergi kesebuah toko alat tulis dekat stasiun. Toko ini adalah langgananku. Aku masuk lalu memilih barang-barang yang aku butuhkan.
"Hmm... Kurasa ini cukup." ucapku pada diriku sendiri. Aku berjalan kekasir. Saat itu toko itu sedang memutar sebuah lagu yang menurutku sangat enak didengar. Dari segi musik dan suara sangat seimbang.
Aku meletakkan barang-barang yang aku ingin beli dimeja kasir.
"Ini saja Ayako?" tanya paman pemilik toko. Paman itu sudah mengenalku.
Aku tersenyum. "Iya paman. Paman, lagu yang sedang diputar ini lagu siapa?"
"Masa kau tak tahu? Ini kan lagu dari boyband yang sedang terkenal disini Ayako. Togoshimki kalau tidak salah namanya."
"Hah? Tohoshinki maksudnya?"
"Ah ya! Itu kau tahu. Ini barangmu. Semuanya 2000 yen."
Aku mengambil kantung plastik yang berisi barang yang aku beli kemudian aku menyerahkan 2 lembar uang 1000 yen pada paman itu.
"Arigatou gozaimasu paman."
"Ya. Datang lagi ya Ayako."
Aku tersenyum lagi pada paman itu, mengangguk kemudian pamit pergi.
***
Pagi hari, stasiun kereta.
Aku menunggu kereta untuk pergi ke kampusku. Aku duduk ditempat duduk yang disediakan disana. Sepertinya keretaku telat.
"Lama sekali sih. Kalau begini caranya aku bisa terlambat. Huh!" umpatku.
Aku melihat ke laki-laki yang duduk disampingku. Sepertinya dia sedang tidur. Wajahnya tertutup sebagian oleh topi yang dikenakannya. Kupingnya terpasang headset yang tersambung dari ipod dikantung sweaternya.
"Kenapa menatapku?" tanya laki-laki itu tiba-tiba yang membuatku kaget dan salah tingkah.
"Ah... Ah tidak... Siapa yang menatapmu? Aku tidak..." ucapku gugup.
"Tadi kau memandangi aku saat aku tidur kan? Aku tahu itu kok."
Kali ini laki-laki itu tersenyum jahil padaku.
"Malas. Kau ge-er sekali sih. Aku tidak memandangimu atau menatapmu. Jangan ge-er!"
"Ah... Dasar wanita. Tidak pernah mau jujur."
Laki-laki itu membuatku kesal karena kepedeannya. Keretaku akhirnya datang. Aku bangkit dari dudukku, masuk kedalam kereta kemudian duduk dekat pintu.
Aku melihat laki-laki tadi juga masuk kedalam kereta yang sama denganku. Bahasa Jepang laki-laki tadi terdengar kaku. Kurasa dia bukan orang Jepang asli.
Setengah jam kemudian aku sampai ditempat tujuan. Aku turun dan berjalan menuju halte bis dekat stasiun. Tapi... Aku merasa sedang diikuti. Aku melihat kebelakang, tampaknya tak ada yang mencurigakan. Aku berjalan lagi, pelan. Kemudian melihat lagi kebelakang dan apa yang kulihat. Laki-laki tadi mengikutiku.
"Heh! Kau mau apa? Kenapa mengikutiku?! Awas ya kalau kau macam-macam!" seruku padanya.
Laki-laki itu tersenyum kemudian menghampiriku. Sekitar jarak satu meter kami bertatapan muka dan saat itu aku baru bisa melihat wajahnya yang sedaritadi tertutup topinya. Ternyata dia sangat tampan. Kulitnya putih bersih. Rambutnya agak gondrong dan berwarna kecokelatan.
"Sepertinya kau tak kenal aku?" ucap laki-laki itu.
Aku bingung mendengar ucapannya. "Tentu saja! Aku baru melihatmu tadi, bagaimana aku bisa mengenalmu? Pria aneh."
"Kalau begitu kita kenalan dulu bagaimana? Namaku Park Yoochun. Kau siapa?" Laki-laki itu mengulurkan tangannya padaku tapi aku hiraukan sampai akhirnya dia menurunkannya lagi.
"Ah mungkin kau takut ya? Baiklah-baiklah. Sebelumnya aku minta maaf karena mengikutimu diam-diam. Habis aku bingung, aku tak tahu jalan disini."
"Kau bukan orang Jepang?"
"Ya... Aku dari Korea dan sekarang sedang liburan disini. Bisakah kau menolongku?"
Aku sedikit iba pada Yoochun. Ternyata dia memang bukan orang Jepang dan dia tak tahu jalan disini.
"Tolong apa?"
"Sebenarnya aku liburan sendirian disini, aku tak tahu jalan dan tempat-tempat bagus disini. Bisa kau menjadi guide ku? Hanya satu hari."
Aku mengernyitkan dahiku. "Menjadi guide? Tapi aku harus kuliah."
Yoochun berpikir sebentar kemudian dia menatapku dengan muka memelasnya.
"Tak bisakah kau libur sehari ini? Aku bingung harus pergi dengan siapa. Aku tak punya teman disini."
Daaaaan... Setelah berpikir cukup lama, akupun luluh pada permintaan Yoochun. Sepertinya dia memang orang baik jadi tak ada salahnya aku menolongnya kan.
"Memang kau mau kemana?" tanyaku.
"Aku kan tak tahu. Aku nurut kau saja. Hey, kau belum memberitahu namamu."
"Ah ya... Namaku Ayako."
"Hmmm-umm. Ayako-chan. Tolong tunjukkan padaku tempat-tempat bagus diTokyo yaaa." ucap Yoochun sambil tersenyum lebar.
***
Tempat tujuan pertama kami adalah Ueno Zoo. Yoochun membeli 2 tiket masuk seharga 6000 yen.
Kami berkeliling kebun binatang ini. Melihat berbagai macam jenis binatang yang ada disana.
"Ternyata tak kalah dengan kebun binatang yang ada di Korea." ucap Yoochun setelah berkeliling.
Kami duduk dibangku panjang yang disediakan oleh tempat itu untuk pengunjung beristirahat sambil makan ice cream.
"Tentu saja. Malah lebih bagus disini kan?" ucapku.
"Eummm. Tidak juga. Hehe. Setelah ini kita mau kemana Ayako-chan?"
"Kita ke kuil ginza. Setelah itu aku akan mengajakmu ke Harajuku. Disana itu tempat anak muda berkreasi sesuka mereka. Bagaimana?"
Aku berbicara dengan mulut penuh ice cream. Kurasa disekitar mulutku belepotan karena ice cream.
Yoochun mengambil sesuatu dari kantung sweaternya. Sebuah sapu tangan dan dia mengelap mulutku yang belepotan ice cream dengan pelan. "Aku ikut saja deh." ucap Yoochun tersenyum.
"Ah... Terimakasih."
Yoochun memang pria baik. Setelah setengah hari ini berjalan dengannya, aku tau dia sangat baik. Dia selalu berusaha membuatku nyaman dan terkesan melindungiku.
***
Dari Ueno zoo, kuil ginza, sampai tempat belanja di Harajuku telah kami singgahi seharian tadi. Setiap kami pergi kesuatu tempat, orang-orang pasti memandang kearah kami dan berbisik. Setiap ada orang yang memperhatikan kami pasti Yoochun langsung mengajak pindah tempat. Yah, dia memang tampan, jadi orang-orang itu tentu tertarik padanya kan.
Hari mulai gelap. Kami bingung menentukan tempat mana yang akan kami datangi lagi.
"Ah Ayako-chan. Ada satu tempat yang ingin aku kunjungi saat malam hari."
"Hah? Tempat apa itu?"
.To Be Continue.
Author : Astrid a.k.a achiid
***
Tokyo, Jepang.
Namaku Yamashita Ayako dan saat ini aku tengah berkuliah di universitas T. Aku mengambil jurusan Seni. Aku suka melukis, jadi aku ingin mengembangkan hobiku disini.
Usai pelajaran, aku dan teman-teman perempuanku berkumpul dipojok kelas duduk membentuk lingkaran.
"Hey kalian tahu tidak? Tohoshinki katanya mau mengadakan konser di Tokyo dome lho." ucap salah satu temanku.
"Ah ya! Aku juga baru melihat dihomepage mereka. Aku tak sabar ingin menontonnya!" ucap yang lain.
Entah kenapa akhir-akhir ini mereka selalu berbicara mengenai Tohoshinki -sebuah kelompok boyband yang berasal dari Korea-. Virus Tohoshinki sedang melanda teman-temanku rupanya.
"Eh Ayako. Kau suka Tohoshinki juga tidak?"
Aku tersenyum kemudian menggeleng. "Aku saja baru tahu ada boyband itu."
"Ah kau ini payah sekali. Kau harus melihat dan mendengar lagu mereka. Aku yakin kau pasti langsung jatuh cinta." Keiko teman dekatku gantian bicara.
"Masa sih? Tapi kalian kan tahu aku kurang tertarik dengan hal-hal seperti itu." jawabku sambil tersenyum kecil.
"Ah Ayako kan memang hanya tertarik dengan lukisan."
Aku tertawa kecil. "Memaaaang. Itu kalian tahu. Eh, aku pulang duluan ya. Aku harus membeli bahan untuk tugas minggu ini. Dah."
Aku pamit kemudian pergi meninggalkan mereka. Aku pergi kesebuah toko alat tulis dekat stasiun. Toko ini adalah langgananku. Aku masuk lalu memilih barang-barang yang aku butuhkan.
"Hmm... Kurasa ini cukup." ucapku pada diriku sendiri. Aku berjalan kekasir. Saat itu toko itu sedang memutar sebuah lagu yang menurutku sangat enak didengar. Dari segi musik dan suara sangat seimbang.
Aku meletakkan barang-barang yang aku ingin beli dimeja kasir.
"Ini saja Ayako?" tanya paman pemilik toko. Paman itu sudah mengenalku.
Aku tersenyum. "Iya paman. Paman, lagu yang sedang diputar ini lagu siapa?"
"Masa kau tak tahu? Ini kan lagu dari boyband yang sedang terkenal disini Ayako. Togoshimki kalau tidak salah namanya."
"Hah? Tohoshinki maksudnya?"
"Ah ya! Itu kau tahu. Ini barangmu. Semuanya 2000 yen."
Aku mengambil kantung plastik yang berisi barang yang aku beli kemudian aku menyerahkan 2 lembar uang 1000 yen pada paman itu.
"Arigatou gozaimasu paman."
"Ya. Datang lagi ya Ayako."
Aku tersenyum lagi pada paman itu, mengangguk kemudian pamit pergi.
***
Pagi hari, stasiun kereta.
Aku menunggu kereta untuk pergi ke kampusku. Aku duduk ditempat duduk yang disediakan disana. Sepertinya keretaku telat.
"Lama sekali sih. Kalau begini caranya aku bisa terlambat. Huh!" umpatku.
Aku melihat ke laki-laki yang duduk disampingku. Sepertinya dia sedang tidur. Wajahnya tertutup sebagian oleh topi yang dikenakannya. Kupingnya terpasang headset yang tersambung dari ipod dikantung sweaternya.
"Kenapa menatapku?" tanya laki-laki itu tiba-tiba yang membuatku kaget dan salah tingkah.
"Ah... Ah tidak... Siapa yang menatapmu? Aku tidak..." ucapku gugup.
"Tadi kau memandangi aku saat aku tidur kan? Aku tahu itu kok."
Kali ini laki-laki itu tersenyum jahil padaku.
"Malas. Kau ge-er sekali sih. Aku tidak memandangimu atau menatapmu. Jangan ge-er!"
"Ah... Dasar wanita. Tidak pernah mau jujur."
Laki-laki itu membuatku kesal karena kepedeannya. Keretaku akhirnya datang. Aku bangkit dari dudukku, masuk kedalam kereta kemudian duduk dekat pintu.
Aku melihat laki-laki tadi juga masuk kedalam kereta yang sama denganku. Bahasa Jepang laki-laki tadi terdengar kaku. Kurasa dia bukan orang Jepang asli.
Setengah jam kemudian aku sampai ditempat tujuan. Aku turun dan berjalan menuju halte bis dekat stasiun. Tapi... Aku merasa sedang diikuti. Aku melihat kebelakang, tampaknya tak ada yang mencurigakan. Aku berjalan lagi, pelan. Kemudian melihat lagi kebelakang dan apa yang kulihat. Laki-laki tadi mengikutiku.
"Heh! Kau mau apa? Kenapa mengikutiku?! Awas ya kalau kau macam-macam!" seruku padanya.
Laki-laki itu tersenyum kemudian menghampiriku. Sekitar jarak satu meter kami bertatapan muka dan saat itu aku baru bisa melihat wajahnya yang sedaritadi tertutup topinya. Ternyata dia sangat tampan. Kulitnya putih bersih. Rambutnya agak gondrong dan berwarna kecokelatan.
"Sepertinya kau tak kenal aku?" ucap laki-laki itu.
Aku bingung mendengar ucapannya. "Tentu saja! Aku baru melihatmu tadi, bagaimana aku bisa mengenalmu? Pria aneh."
"Kalau begitu kita kenalan dulu bagaimana? Namaku Park Yoochun. Kau siapa?" Laki-laki itu mengulurkan tangannya padaku tapi aku hiraukan sampai akhirnya dia menurunkannya lagi.
"Ah mungkin kau takut ya? Baiklah-baiklah. Sebelumnya aku minta maaf karena mengikutimu diam-diam. Habis aku bingung, aku tak tahu jalan disini."
"Kau bukan orang Jepang?"
"Ya... Aku dari Korea dan sekarang sedang liburan disini. Bisakah kau menolongku?"
Aku sedikit iba pada Yoochun. Ternyata dia memang bukan orang Jepang dan dia tak tahu jalan disini.
"Tolong apa?"
"Sebenarnya aku liburan sendirian disini, aku tak tahu jalan dan tempat-tempat bagus disini. Bisa kau menjadi guide ku? Hanya satu hari."
Aku mengernyitkan dahiku. "Menjadi guide? Tapi aku harus kuliah."
Yoochun berpikir sebentar kemudian dia menatapku dengan muka memelasnya.
"Tak bisakah kau libur sehari ini? Aku bingung harus pergi dengan siapa. Aku tak punya teman disini."
Daaaaan... Setelah berpikir cukup lama, akupun luluh pada permintaan Yoochun. Sepertinya dia memang orang baik jadi tak ada salahnya aku menolongnya kan.
"Memang kau mau kemana?" tanyaku.
"Aku kan tak tahu. Aku nurut kau saja. Hey, kau belum memberitahu namamu."
"Ah ya... Namaku Ayako."
"Hmmm-umm. Ayako-chan. Tolong tunjukkan padaku tempat-tempat bagus diTokyo yaaa." ucap Yoochun sambil tersenyum lebar.
***
Tempat tujuan pertama kami adalah Ueno Zoo. Yoochun membeli 2 tiket masuk seharga 6000 yen.
Kami berkeliling kebun binatang ini. Melihat berbagai macam jenis binatang yang ada disana.
"Ternyata tak kalah dengan kebun binatang yang ada di Korea." ucap Yoochun setelah berkeliling.
Kami duduk dibangku panjang yang disediakan oleh tempat itu untuk pengunjung beristirahat sambil makan ice cream.
"Tentu saja. Malah lebih bagus disini kan?" ucapku.
"Eummm. Tidak juga. Hehe. Setelah ini kita mau kemana Ayako-chan?"
"Kita ke kuil ginza. Setelah itu aku akan mengajakmu ke Harajuku. Disana itu tempat anak muda berkreasi sesuka mereka. Bagaimana?"
Aku berbicara dengan mulut penuh ice cream. Kurasa disekitar mulutku belepotan karena ice cream.
Yoochun mengambil sesuatu dari kantung sweaternya. Sebuah sapu tangan dan dia mengelap mulutku yang belepotan ice cream dengan pelan. "Aku ikut saja deh." ucap Yoochun tersenyum.
"Ah... Terimakasih."
Yoochun memang pria baik. Setelah setengah hari ini berjalan dengannya, aku tau dia sangat baik. Dia selalu berusaha membuatku nyaman dan terkesan melindungiku.
***
Dari Ueno zoo, kuil ginza, sampai tempat belanja di Harajuku telah kami singgahi seharian tadi. Setiap kami pergi kesuatu tempat, orang-orang pasti memandang kearah kami dan berbisik. Setiap ada orang yang memperhatikan kami pasti Yoochun langsung mengajak pindah tempat. Yah, dia memang tampan, jadi orang-orang itu tentu tertarik padanya kan.
Hari mulai gelap. Kami bingung menentukan tempat mana yang akan kami datangi lagi.
"Ah Ayako-chan. Ada satu tempat yang ingin aku kunjungi saat malam hari."
"Hah? Tempat apa itu?"
.To Be Continue.
Jumat, 11 Mei 2012
repost : Memulai Usaha Untuk Bangkit
Pernahkan anda melihat orang sukses
selalu berikiran negatif, tidak percaya diri, pesimis dan selalu
menyerah ? Jika anda pernah melihatnya maka saya akan tegas mengatakan
anda telah berbohong !!.
Kenapa demikian ?
Pernah dengar hukum kekekalan energi ? bahwa energi tidak dapat
dimusnahkan tetapi energi hanya bisa berubah bentuk dari bentuk yang
satu ke bentuk lainnya. Dalam diri manusia ternyata terdapat pula energi
yang maha dahsyat. Pancaran energi yang dihasilkan juga dapat
mempengaruhi hidup seseorang. Bila kita selalu dikelilingi dengan
pancaran energi positif bisa dipastikan kehidupan kita akan selalu
berhasil dan sejahtera. Namun bila energi yang dipancarkan negatif, maka
bersiap siaplah untuk selalu menyesal dan menderita.
Salah satu unsur pembentuk energi adalah otak kita. Apa yang kita
pikirkan ternyata akan mempengaruhi pancaran energi tubuh kita. Bila
kita selalu berfikir positif energi yang dipancarkan tentunya energi
positif pula. optimis, percaya diri, ikhlas, pantang menyerah dan selalu
berprasangka baik merupakan contoh dari pikiran yang akan membentuk
energi positif dari tubuh kita. Bila energi ini selalu ada di dalam diri
kita Insya Allah kesuksesan akan menjadi milik anda.
Kebalikannya bila pikiran anda selalu pesimis, tidak percaya diri,
mudah menyerah, minder, selalu berprasangka buruk pada orang lain maka
bersiaplah untuk gagal. Pikiran pikiran buruk yang selalu kita pikirkan
akan berdampak pada kinerja tubuh kita yang membuat hidup kita serba
susah dan gundah gulana. Bila ini dibiarkan dapat dipastikan anda akan
kecewa seumur hidup anda.
Ingatlah hidup ini hanya sekali dan sementara, bila kita isi dengan
hal-hal positif maka kehidupan kita akan lebih berarti bagi kita.
Tentunya energi positif yang kita pancarkan akan dikembalikan kembali
oleh alam kepada diri kita dengan hasil yang positif pula.
Ingatlah bahwa semua orang sukses
itu terlahir dari energi positif yang dipancarkan pada dirinya. Karena
mereka selalu berfikir positif atas semua hal yang terjadi pada dirinya.
Jadi bersiap untuk menjadi orang yang selalu memancarkan energi positif
yang akan membawa kebaikan bagi kita dan orang lain.
Jadi Ingatlah tuk selalu melihat sisi baik dari semua hal.
Sumber : http://mulaibangkit.com/kumpulkan-energi-positif-dengan-berfikir-positif/
Sumber : http://mulaibangkit.com/kumpulkan-energi-positif-dengan-berfikir-positif/
Getting Started Arduino
This section will presume you have a PC running Windows or a Mac running OSX (10.3.9 or later). If you use Linux as your Operating System, then refer to the Getting Started instructions on the Arduino website at http://www.arduino.cc/playground/Learning/Linux.
Get the Freeduino and the USB Cable
Firstly, get your Freeduino board and lay it on the table in front of you. Take the USB cable and plug the B plug (the fatter squarer end) into the USB socket on the Freeduino. At this stage do NOT connect the Freeduino to your PC or Mac yet.
Download the Arduino IDE
Download the Arduino IDE from the Arduino download page. As of the time of writing this book, the latest
IDE version is 0015. The file is a ZIP file so you will need to uncompress it. Once the download has finished, unzip the file, making sure that you preserve the folder structure as it is and do not make any changes. If you double-click the folder, you will see a few files and sub-folders inside.
Install the USB Drivers
If you are using Windows you will find the drivers in the drivers/FTDI USB Drivers directory of the Arduino distribution. In the next stage (“Connect the Freeduino”), you will point W i n d o w ʼ s A d d N e w Hardware wizard to these drivers.
If you have a Mac these are in the drivers directory. If you have an older Mac like a PowerBook, iBook, G4 or G5, you should use the PPC drivers: FTDIUSBSerialDriver_v2_1_9.dmg. If you have a newer Mac with an Intel chip, you need the Intel d r i v e r s : FTDIUSBSerialDriver_v2_2_9_Intel.dmg. Double-click to mount the disk image and run the included FTDIUSBSerialDriver.pkg. The latest version of the drivers can be found on the FTDI website.
Connect the Freeduino
First, make sure that the little power jumper, between the power and USB sockets, is set to USB and not EXTernal power (not applicable if you have a Roboduino board, which has an Auto Power Select function). U s i n g t h i s jumper you can either power the board from the USB port (good for low current d e v i c e s l i k e LEDʼs, etc.) or from an external power supply (6-12V DC). Now, connect the other end of the USB cable into the USB socket on your PC or Mac. You will now see the small power LED (marked PWR above the RESET switch) light up to show you have power to the board.
If you have a Mac, this stage of the process is complete and you can move on to the next Chapter. If you are using Windows, there are a few more steps to complete.
source : Arduino Starter Kit Manual
Langganan:
Postingan (Atom)